Ipotnews - Harga minyak menguat, Jumat, diperkirakan berakhir lebih tinggi pekan ini setelah mencatat kerugian selama dua minggu beruntun, setelah pejabat Amerika menyatakan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan kekhawatiran pasokan yang masih menghantui pasar akibat konflik Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, meningkat 63 sen, atau 0,71%, menjadi USD89,64 per barel pada pukul 14.12 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Jumat (26/4).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, naik 59 sen, atau 0,71%, menjadi USD84,16 per barel.
Sejauh pekan ini, Brent melambung sekitar 2,4%, sedangkan WTI meningkat 0,9%.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada Reuters , Kamis, bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika untuk kuartal pertama dapat direvisi lebih tinggi, dan laju inflasi akan mereda setelah sejumlah faktor "aneh" membuat perekonomian berada di titik terlemahnya dalam hampir dua tahun.
Pertumbuhan ekonomi Amerika kemungkinan lebih kuat ketimbang yang ditunjukkan data kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan, ungkap Yellen.
Data memperlihatkan pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal pertama, dan sebelum komentar Yellen, guncangan akibat akselerasi inflasi membebani harga minyak karena investor memperhitungkan Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga sebelum September.
Di tempat lain, kekhawatiran pasokan karena berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah juga mendukung harga di awal sesi.
Israel meningkatkan serangan udara di Rafah setelah mengatakan akan mengevakuasi warga sipil dari kota Gaza selatan dan melancarkan gempuran habis-habisan meski sekutu memperingatkan bahwa hal ini dapat menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM
